Perkara
akidah bukanlah perkara main-main. Upaya pendangkalan akidah Islam dengan
berbagai modus tentu harus diwaspadai. Jika kita menarik benang merah kejadian
ini, tentu upaya kristenisasi ini dipicu tidak hanya oleh dorongan alamiah
manusia untuk menyebarkan keyakinannya, akan tetapi pula adanya kesempatan
terbuka yang mampu dimanfaatkan.
Wajar
saja lantas lagi dan lagi pemerintah dikecam dan dikritik. Bantuan kemanusiaan
merupakan salah satu modus operandi yang dillancarkan para misionaris. Lemahnya
peran negara dalam mengoptimalkan recovery
baik fisik dan mental korban gempa Lombok inilah yang membuka peluang aksi
kristenisasi. Teringat sebuah ungkapan yang familiar. Seseorang ketika sudah
hampir tenggelam, jerami mengapung pun akan diraih. Korban gempa ketika sudah
terjepit dengan kelaparan, kedinginan dan kesengsaraan berkepanjangan, dengan
lemahnya diri dan ketiadaan upaya perlindungan negara tentu akan mudah
terpengaruh.
Urgensitas
kepemimpinan terbaik adalah harapan setiap orang di negeri ini. Rakyat
Indonesia, terlebih korban gempa Lombok tentu sangat merindukan kepemimpinan
yang mampu mengurusi dan melindungi mereka. Paradigma pengurusan dan
perlindungan inilah yang nampaknya masih lalai diwujudkan. Agenda politik
pemilu 2019 bahkan riuh meriah ASIAN Games nampaknya lebih urgen dibandingkan
nyawa manusia.
Perihal
kepengurusan, Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggungjawab atas
seluruh urusan rakyatnya, termasuk dalam mengatasi masalah bencana. Rasulullah
SAW bersabda: “Pemimpin atas manusia
adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR
Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad). Perihal perlindungan, negara haruslah
menjadi garda terdepan yang mengontrol dan memastikan bantuan yang datang dari
berbagai pihak bukanlah bantuan yang disusupi oleh kepentingan-kepentingan
tertentu, termasuk diantaranya bujukan berpindah keyakinan.
Perwujudan sistem Islam merupakan perkara urgen yang
harusnya diwujudkan. Hanya sistem Islam yg mampu mengurusi, mensejahterakan dan menjaga kekokohan akidah umat. Tentu, hakikat
perwujudan ini
hanya dapat terjadi dengan adanya kesadaran akan kelemahan diri manusia, termasuk pemimpin negara, sehingga mampu
menyerahkan kepengurusan dengan berstandarkan aturan dari Sang Pencipta. ALLAH SWT telah menegaskan:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi seluruh alam” (Q.S Al-Anbiya: 107).
0 komentar:
Posting Komentar