Jumat, 21 September 2018

Ketika Iman Tergadai Bantuan


         Sudah jatuh tertimpa tangga. Sudahlah terkena gempa, diajak murtad pula. Inilah kiranya nasib miris yang dialami saudara-saudari muslim di Lombok. Belakangan viral berbagai video dan gambar yang memperlihatkan adanya aktivitas kristenisasi berkedok trauma healing. Hal inipun diakui kevalidannya oleh Dewan Dakwah Islamiyah (Republika.co.id, 28/8). Secara ril juga terbukti dengan ditemukannya buku-buku materi kristenisasi yang siap dibagikan ke masyarakat (Era Muslim (25/8).
Perkara akidah bukanlah perkara main-main. Upaya pendangkalan akidah Islam dengan berbagai modus tentu harus diwaspadai. Jika kita menarik benang merah kejadian ini, tentu upaya kristenisasi ini dipicu tidak hanya oleh dorongan alamiah manusia untuk menyebarkan keyakinannya, akan tetapi pula adanya kesempatan terbuka yang mampu dimanfaatkan.
Wajar saja lantas lagi dan lagi pemerintah dikecam dan dikritik. Bantuan kemanusiaan merupakan salah satu modus operandi yang dillancarkan para misionaris. Lemahnya peran negara dalam mengoptimalkan recovery baik fisik dan mental korban gempa Lombok inilah yang membuka peluang aksi kristenisasi. Teringat sebuah ungkapan yang familiar. Seseorang ketika sudah hampir tenggelam, jerami mengapung pun akan diraih. Korban gempa ketika sudah terjepit dengan kelaparan, kedinginan dan kesengsaraan berkepanjangan, dengan lemahnya diri dan ketiadaan upaya perlindungan negara tentu akan mudah terpengaruh.
Urgensitas kepemimpinan terbaik adalah harapan setiap orang di negeri ini. Rakyat Indonesia, terlebih korban gempa Lombok tentu sangat merindukan kepemimpinan yang mampu mengurusi dan melindungi mereka. Paradigma pengurusan dan perlindungan inilah yang nampaknya masih lalai diwujudkan. Agenda politik pemilu 2019 bahkan riuh meriah ASIAN Games nampaknya lebih urgen dibandingkan nyawa manusia.
Perihal kepengurusan, Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggungjawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk dalam mengatasi masalah bencana. Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad). Perihal perlindungan, negara haruslah menjadi garda terdepan yang mengontrol dan memastikan bantuan yang datang dari berbagai pihak bukanlah bantuan yang disusupi oleh kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk diantaranya bujukan berpindah keyakinan.
Perwujudan sistem Islam merupakan perkara urgen yang harusnya diwujudkan. Hanya sistem Islam yg mampu mengurusi, mensejahterakan dan menjaga kekokohan akidah umat. Tentu, hakikat perwujudan ini hanya dapat terjadi dengan adanya kesadaran akan kelemahan diri manusia, termasuk pemimpin negara, sehingga mampu menyerahkan kepengurusan dengan berstandarkan aturan dari Sang Pencipta. ALLAH SWT telah menegaskan:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (Q.S Al-Anbiya: 107).

0 komentar:

Posting Komentar